Nggak tahu. Ada beberapa perubahan yang signifikan
terjadi pada saya semenjak kamu nggak lagi ada.
Yang paling mencolok adalah hape. Benda berbentuk
persegi panjang yang biasanya saya genggam kemana-mana, kini lebih sering
tergeletak tanpa fungsi. Sebagai gantinya, benda yang kerap menempel di tangan
saya adalah kamera.
Bukan. Saya nggak sekesepian itu kok. Bukannya saya
setelah kamu nggak ada lantas saya nggak punya temen. Mereka ada—selalu ada.
Ibarat api yang hanya menyala jika disulut bara, temen akan selalu siaga kalo
memang saya inginkan mereka. Tapi poinnya bukan disitu.
Selain hape, kini saya jadi rajin menulis-nonton
film-baca buku. Hal-hal yang susah saya lakukan pas masih ada kamu. Seperti
biasa, karena sebelumnya, waktu saya sering tersita denganmu. Mencumbumu.
Dan seperti yang dibilang temen dulu, ketika
sesuatu—atau seseorang—yang akrab dengan kita lalu tiba-tiba nggak ada, yang
musti dilakuin adalah membiasakan diri.
Saya nggak pernah kehabisan jadwal. Nggak kedapetan
acara ‘bingung nih mo ngapain’. Pasti
selalu ada rutinitas. Selalu ada kegiatan. Bahkan saking terlalu banyak sesuatu
yang musti dikerjain, kadang saya malah kangen males-malesan dirumah. Kangen
bengong lama-lama. Ngelamun seharian.
Kamu pasti disana juga lagi membiasakan diri. Entah
sedang apa dengan bagaimana bersama siapa.
Kamu masih tetap ada. Kita masih punya jutaan
kesempatan berjumpa. Tapi kamu dan saya bukan lagi kita yang sama. Waktu yang
mengubahnya. Dan keadaan mendukungnya.
Saya nggak benci. Kepadamu, saya bahkan rindu sekali.
Saya berani taruhan, kamu pasti sekarang gendutan. Disini, andai kamu bisa
dengar, saya kepengen nyapa, ‘Hai berantakan, apa kabar?’.
Untuk kamu, kayaknya saya udah kehabisan kata manis.
Saya cuman nyoba tetap setia untuk ngomong jujur. Karena itu satu-satunya
senjata yang saya punya.
Nggak perlu sok puitis. Nggak usah sok bikin kalimat
indah. Cukup jujur ngungkapin apa yang dirasa. Sebab dari kesederhanaan itu,
apa adanya kita lah yang membuat kita terus ada.
Nggak tahu. Ada beberapa perubahan yang signifikan
terjadi pada saya semenjak kamu nggak lagi ada. Tanpa kamu, membiasakan jujur
terasa lebih rumit. Sungguh begitu rumit.
Dua kali lipat lebih rumit dari ulangan matematika.
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
Matur nuwun sudah kersa pinarak
ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan
kejujuran dan cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!